Jakarta, CNBC Indonesia – BUMN pengelola jalan tol PT Jasa Marga Tbk (JSMR) bersama dengan BUMN konstruksi PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan dua perusahaan lainnya membentuk usaha patungan (joint venture) bernama PT Jogjasolo Marga Makmur untuk mengelola jalan tol Solo-Yogyakarta-New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA) Kulonprogo.
Dua perusahaan lain yang terlibat melakukan penyertaan saham bersama JSMR dan ADHI ialah PT Daya Mulia Turangga (DMT) dan PT Gama Group (Gama).
Sekretaris Perusahaan Jasa Marga M Agus Setiawan mengatakan penyertaan modal keempat perusahaan tersebut di PT Jogjasolo sesuai dengan akta pendirian perseroan terbatas PT Jogjasolo Marga Makmur tanggal 9 September 2020 dibuat di hadapan Ni Nyoman Rai Sumawati SH, Mkn, notaris di Jakarta.
“Hubungan antara pihak-pihak yang bertransaksi yakni JSMR, DMT, Gama, dan ADHI merupakan pemegang saham dalam PT Jogjasolo,” kata Agus dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (11/9/2020).
Dalam kaitan dengan penyertaan ini, JSMR akan melakukan penyertaan saham pada PT Jogjasolo sebesar Rp 25 miliar atau sebanyak 25.000 saham atau sebesar 25% dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor dalam PT Jogjasolo.
Tujuan transaksi adalah untuk mendirikan usaha yang bergerak di bidang jasa atau industri Jalan Tol Solo-Yogyakarta-NYIA Kulonprogo, yang meliputi pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan jalan tol serta usaha-usaha lainnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
“Dengan dibentuknya perusahaan patungan ini akan memberikan dampak meningkatkan pangsa pasar perseroan dalam hal pengembangan dan pengoperasian jalan tol di Indonesia,” katanya.
Pada semester I-2020, JSMR mencatatkan penurunan signifikan atas laba bersih menjadi Rp 105,73 miliar, ambles 90% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai laba bersih Rp 1,06 triliun.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan Juni 2020, penurunan tajam laba bersih ini terjadi di tengah pendapatan perusahaan khususnya pendapatan jalan tol yang turun 18% menjadi Rp 3,91 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 4,74 triliun. Pendapatan non tol naik menjadi Rp 433,29 miliar dari sebelumnya Rp 416 miliar.
Sementara itu pendapatan bisnis konstruksi juga melorot 72% menjadi Rp 2,43 triliun dari sebelumnya Rp 8,68 triliun. Dengan demikian, total pendapatan perusahaan menjadi Rp 6,77 triliun dari sebelumnya Rp 13,83 triliun atau ambles 51%.